Pakar Keamanan Siber Ungkap Kronologi Dugaan Kebocoran Data e-HAC - Hallo sahabat
Cyberlaw Indonesia, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Pakar Keamanan Siber Ungkap Kronologi Dugaan Kebocoran Data e-HAC, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Data Bocor,
Artikel Data Pribadi,
Artikel News, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
Pakar Keamanan Siber Ungkap Kronologi Dugaan Kebocoran Data e-HAClink :
Pakar Keamanan Siber Ungkap Kronologi Dugaan Kebocoran Data e-HAC
Baca juga
Pakar Keamanan Siber Ungkap Kronologi Dugaan Kebocoran Data e-HAC
 |
Ilustrasi (Antara)
|
Pakar keamanan siber, Pratama Persadha membeberkan kronologi kasus dugaan kebocoran data pribadi pada aplikasi electronic Health Alert Card (e-HAC).
Berdasarkan data dari tim vpnmentor, mereka telah menemukan database e-HAC ini pada 16 Juli 2021. Mereka mengecek terlebih dahulu kebenaran data ini. Lalu memberikan informasi ke Kementerian Kesehatan (Kemkes) pada 21 dan 26 Juli 2021 dan menghubungi Google sebagai hosting provider pada 25 Agustus 2021.
"Karena tidak mendapatkan tanggapan, maka tim vpnmentor menghubungi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)
pada 22 Agustus 2021. BSSN sendiri langsung merespon laporan tersebut
dan bergerak ke Kemkes,” kata Pratama di Jakarta, Selasa, (31/8).
Pratama menjelaskan, tim dari vpnmentor sendiri tidak menemukan kesulitan untuk mengekspos database e-HAC karena tidak menemui protokol keamanan yang berarti dari developer aplikasi tersebut.
Setelah tidak mendapatkan balasan dari Kemkes, laporan vpnmentor ke
BSSN ditanggapi langsung pada 22 Agustus dan pada 24 Agustus server e-HAC tersebut langsung di take down.
"Data berjumlah 1,3 juta user e-HAC. Data tersebut berupa
nama, nama rumah sakit, alamat, hasil tes PCR, akun e-HAC, bahkan data
detail tentang RS serta dokter yang melakukan perawatan atau memeriksa user e-HAC. Bahkan ada data hotel dimana menginap, nomor KTP dan paspor, email dan lainnya,” terang Pratama.
Menurut pria yang juga menjabat sebagai chairman lembaga riset
keamanan siber Indonesia CISSReC (Communication & Information System
Security Research Center) ini, kelengahan dari developer ini bisa
mengakibatkan pemilik akun e-HAC bisa menjadi target profiling dan
penipuan dengan modus covid terutama, seperti telemedicine palsu maupun semacamnya.
"Bagi pemerintah, jelas ini meningkatkan ketidakpercayaan terhadap
proses penanggulangan covid dan usaha vaksinasi, apalagi saat ini
vaksinasi menjadikan aplikasi pedulilindungi sebagai ujung tombak, jadi
pasti ada kekhwatiran datanya juga bocor, meski memakai e-HAC yang
berbeda sesuai penurutan Kemkes,” tegas Pratama.
JAKARTA, KOMPAS.com –
Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sekitar 1,5 tahun ini telah
mengubah perilaku kehidupan semua orang, termasuk dalam pemanfaatan
teknologi.
Pemanfaatan teknologi yang masif ini harus dibarengi dengan keamanan
siber (cybersecurity) yang mumpuni sekaligus menjadi kunci fundamental
agar bisnis dapat berjalan secara efektif dan efisien.
SM Solutions, IT and Business Analyst Telkomtelstra Anang Siswanto
menyampaikan perlunya sikap kehati-hatian dan selalu waspada bagi setiap
organisasi, termasuk perusahaan dan institusi pendidikan yang melakukan
transformasi digital.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Bisa Bobol Data Perusahaan, Waspada Jenis dan Modus Serangan Siber Ini", Klik untuk baca:
https://money.kompas.com/read/2021/08/30/141325826/bisa-bobol-data-perusahaan-waspada-jenis-dan-modus-serangan-siber-ini?page=all.
Penulis : Muhammad Choirul Anwar
Editor : Muhammad Choirul Anwar
Download aplikasi
Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android:
https://bit.ly/3g85pkAiOS:
https://apple.co/3hXWJ0LJAKARTA, KOMPAS.com –
Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sekitar 1,5 tahun ini telah
mengubah perilaku kehidupan semua orang, termasuk dalam pemanfaatan
teknologi.
Pemanfaatan teknologi yang masif ini harus dibarengi dengan keamanan
siber (cybersecurity) yang mumpuni sekaligus menjadi kunci fundamental
agar bisnis dapat berjalan secara efektif dan efisien.
SM Solutions, IT and Business Analyst Telkomtelstra Anang Siswanto
menyampaikan perlunya sikap kehati-hatian dan selalu waspada bagi setiap
organisasi, termasuk perusahaan dan institusi pendidikan yang melakukan
transformasi digital.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Bisa Bobol Data Perusahaan, Waspada Jenis dan Modus Serangan Siber Ini", Klik untuk baca:
https://money.kompas.com/read/2021/08/30/141325826/bisa-bobol-data-perusahaan-waspada-jenis-dan-modus-serangan-siber-ini?page=all.
Penulis : Muhammad Choirul Anwar
Editor : Muhammad Choirul Anwar
Download aplikasi
Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android:
https://bit.ly/3g85pkAiOS:
https://apple.co/3hXWJ0LJAKARTA, KOMPAS.com –
Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sekitar 1,5 tahun ini telah
mengubah perilaku kehidupan semua orang, termasuk dalam pemanfaatan
teknologi.
Pemanfaatan teknologi yang masif ini harus dibarengi dengan keamanan
siber (cybersecurity) yang mumpuni sekaligus menjadi kunci fundamental
agar bisnis dapat berjalan secara efektif dan efisien.
SM Solutions, IT and Business Analyst Telkomtelstra Anang Siswanto
menyampaikan perlunya sikap kehati-hatian dan selalu waspada bagi setiap
organisasi, termasuk perusahaan dan institusi pendidikan yang melakukan
transformasi digital.
Baca juga: Waspada, Kondisi Ini Jadi Celah Pelaku Kejahatan Lakukan
Penipuan Online
Faktanya, serangan keamanan siber terhadap perusahaan yang melakukan
transformasi digital ternyata terus berkembang.
Berdasarkan data dari Checkpoint Cyber Security Report 2021 dan Cisco
2021 Cyber Security threat trends menunjukkan bahwa perusahaan harus
mengeluarkan biaya 20 miliar dollar AS karena serangan ini.
Menurut Anang, ada dua jenis serangan siber yang sering terjadi yakni
Phising Attack dan Trojan Attack.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Kedua serangan ini menyebabkan informasi berharga organisasi bisa
terekspos secara ‘telanjang’ sehingga bisa diakses oleh siapa pun secara
bebas atau data hilang/rusak atau tidak bisa digunakan lagi oleh
organisasi. Hal ini dapat mengakibatkan organisasi merugi atau bahkan
bangkrut.
Oleh karena itu, untuk menghadapi atau menangkal serangan tersebut,
semua keamanan siber ini harus dimulai dari diri sendiri atau tim TI
internal perusahaan. Informasi dan pengetahuan yang tidak memadai
mengenai transformasi teknologi ini menjadi celah masuknya serangan
tersebut.
Baca juga: Cara Mencegah Kejahatan Siber untuk Nasabah Bank Neo Commerce
“Prinsip hati-hati dan waspada harus menjadi doktrin masing-masing
individu di era digital saat ini,” ujarnya dikutip dari keterangan
resmi, Senin (30/8/2021).
Sebagai langkah antisipasi, salah satunya bisa dengan memaksimalkan
fitur-fitur pengaman seperti menggunakan Multi-Factor Authentication
(MFA), selalu melakukan back up data serta melakukan enkripsi semua data
penting dan jalur komunikasi.
“Saya merekomendasikan menggunakan pihak ketiga untuk masalah keamanan
perusahaan ini. Tentu saja, providernya harus memiliki sertifikat ISO
27001, memiliki pengalaman mumpuni terkait data security serta bisa
dipercaya,” tandasnya.
Penjelasan Anang Siswanto tersebut sempat disampaikan pada webinar
bertajuk “Cyber Security: A Fundamental Key For Digital Transformation
In The Education Sector” yang diselenggarakan Telkomtelstra bekerjasama
dengan Asosisasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) dan The
Indonesia Australia Business Council (IABC) akhir pekan lalu.
Pada kesempatan yang sama, Principal Expert Security Strategy Telkom
Indonesia Andy Siregar menyoroti efek samping dari transformasi digital
yang dapat menyebabkan organisasi menjadi semakin rentan terhadap risiko
keamanan siber.
Baca juga: 5G Hadir di Indonesia, Bank dan Fintech Dinilai Perlu
Waspadai Serangan Siber
Hal ini diperkuat oleh data survei dari Ponemon Institute 2020: Cyber
Security Awareness Measurement Service yang menyebut lebih dari 50
persen responden dari C-level mengakui bahwa organisasinya sangat
rentan.
“Data ini juga ingin menunjukkan bahwa Human is the Weakest link. Dengan
kata lain faktor manusia atau individu menjadi titik terlemah dalam
upaya pengamanan siber,” ujarnya.
Andy menambahkan bahwa modus yang sering terjadi adalah menawarkan
gimmick berupa diskon, barang, layanan atau jasa lainnya yang membuat
calon korban tergiur dan kemudian tertipu. Bisa melalui WA, email atau
laman yang ternyata semuanya adalah penipuan (phising).
“Oleh karena itu peran organisasi dan seluruh pemangku kepentingan,
sangat penting dalam menjaga keamanan siber. Kuncinya terletak pada
komitmen untuk membudayakan keamanan informasi. Hal ini, bisa dibuat
seperti daftar “Do’s and Don’ts” yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan
oleh seluruh pihak yang terlibat,” kata Andy.
Dari webinar tersebut, selain sektor bisnis, terungkap pula bahwa dunia
pendidikan memang menjadi salah satu perhatian semua pihak. Selama masa
pandemi kegiatan belajar-mengajar harus dilakukan dari jarak jauh atau
dari rumah masing-masing.
Hal ini tentunya memaksa dunia pendidikan untuk memulai atau melanjutkan
kegiatannya menuju transformasi digital.
President Director Telkomtelstra Erik Meijer mengatakan bahwa dunia
pendidikan mengalami perubahan selama pandemi Covid-19 yang telah
berlangsung selama 1,5 tahun ini.
Baca juga: Aftech Sebut Transformasi UMKM ke Digital Perlu Diimbangi
Literasi Keamanan Siber
Menurutnya, proses transformasi digital tidak bisa dihindari. Kegiatan
belajar-mengajar yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka, kini harus
dijalankan secara virtual melalui platform seperti Microsoft Teams,
Zoom, GoogleClass, dan sebagainya.
“Oleh karena itu, keamanan siber pemakaian platform tersebut dan
implementasi pemakaian cloud yang aman dan mumpuni menjadi sebuah
kebutuhan yang tidak bisa dihindari,” ujarnya.
Menurut Erik keamanan siber ini menjadi tanggung jawab semua pihak, baik
pemerintah, provider, hingga pengguna.
Tujuannya agar proses belajar-mengajar bisa berlangsung dengan baik,
sesuai ekspektasi sehingga kualitas pendidikan tetap terjaga dan siswa
peserta didik memperoleh manfaat dari pembelajaran online ini.
Sementara itu, Rektor Universitas AMIKOM Yogyakarta yang juga Wakil
Ketua APTISI Prof M Suyanto juga menyampaikan pentingnya keamanan siber
bagi institusi pendidikan.
Apalagi institusi pendidikan yang dipimpinnya memiliki MSV Studio yang
menjalin kerjasama dengan beberapa perusahan di Silicone Valley dan
beberapa studio film Hollywood dalam memproduksi beberapa film animasi.
“Keamanan siber sangat penting bagi MSV Studio untuk melindungi
keseluruhan data dalam pembuatan film animasi, mulai dari proses pra
produksi, produksi, pasca produksi, branding dan distribusi,” ungkapnya.
“Keamanan siber juga sangat penting karena kami harus melindungi naskah
atau cerita sebagai inti dari sebuah film dan juga karakter-karakter
dari film tersebut, yang kesemuanya disimpan dalam format data digital,”
sambungnya.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Bisa Bobol Data Perusahaan, Waspada Jenis dan Modus Serangan Siber Ini", Klik untuk baca:
https://money.kompas.com/read/2021/08/30/141325826/bisa-bobol-data-perusahaan-waspada-jenis-dan-modus-serangan-siber-ini?page=all.
Penulis : Muhammad Choirul Anwar
Editor : Muhammad Choirul Anwar
Download aplikasi
Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android:
https://bit.ly/3g85pkAiOS:
https://apple.co/3hXWJ0LJAKARTA, KOMPAS.com –
Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sekitar 1,5 tahun ini telah
mengubah perilaku kehidupan semua orang, termasuk dalam pemanfaatan
teknologi.
Pemanfaatan teknologi yang masif ini harus dibarengi dengan keamanan
siber (cybersecurity) yang mumpuni sekaligus menjadi kunci fundamental
agar bisnis dapat berjalan secara efektif dan efisien.
SM Solutions, IT and Business Analyst Telkomtelstra Anang Siswanto
menyampaikan perlunya sikap kehati-hatian dan selalu waspada bagi setiap
organisasi, termasuk perusahaan dan institusi pendidikan yang melakukan
transformasi digital.
Baca juga: Waspada, Kondisi Ini Jadi Celah Pelaku Kejahatan Lakukan
Penipuan Online
Faktanya, serangan keamanan siber terhadap perusahaan yang melakukan
transformasi digital ternyata terus berkembang.
Berdasarkan data dari Checkpoint Cyber Security Report 2021 dan Cisco
2021 Cyber Security threat trends menunjukkan bahwa perusahaan harus
mengeluarkan biaya 20 miliar dollar AS karena serangan ini.
Menurut Anang, ada dua jenis serangan siber yang sering terjadi yakni
Phising Attack dan Trojan Attack.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Kedua serangan ini menyebabkan informasi berharga organisasi bisa
terekspos secara ‘telanjang’ sehingga bisa diakses oleh siapa pun secara
bebas atau data hilang/rusak atau tidak bisa digunakan lagi oleh
organisasi. Hal ini dapat mengakibatkan organisasi merugi atau bahkan
bangkrut.
Oleh karena itu, untuk menghadapi atau menangkal serangan tersebut,
semua keamanan siber ini harus dimulai dari diri sendiri atau tim TI
internal perusahaan. Informasi dan pengetahuan yang tidak memadai
mengenai transformasi teknologi ini menjadi celah masuknya serangan
tersebut.
Baca juga: Cara Mencegah Kejahatan Siber untuk Nasabah Bank Neo Commerce
“Prinsip hati-hati dan waspada harus menjadi doktrin masing-masing
individu di era digital saat ini,” ujarnya dikutip dari keterangan
resmi, Senin (30/8/2021).
Sebagai langkah antisipasi, salah satunya bisa dengan memaksimalkan
fitur-fitur pengaman seperti menggunakan Multi-Factor Authentication
(MFA), selalu melakukan back up data serta melakukan enkripsi semua data
penting dan jalur komunikasi.
“Saya merekomendasikan menggunakan pihak ketiga untuk masalah keamanan
perusahaan ini. Tentu saja, providernya harus memiliki sertifikat ISO
27001, memiliki pengalaman mumpuni terkait data security serta bisa
dipercaya,” tandasnya.
Penjelasan Anang Siswanto tersebut sempat disampaikan pada webinar
bertajuk “Cyber Security: A Fundamental Key For Digital Transformation
In The Education Sector” yang diselenggarakan Telkomtelstra bekerjasama
dengan Asosisasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) dan The
Indonesia Australia Business Council (IABC) akhir pekan lalu.
Pada kesempatan yang sama, Principal Expert Security Strategy Telkom
Indonesia Andy Siregar menyoroti efek samping dari transformasi digital
yang dapat menyebabkan organisasi menjadi semakin rentan terhadap risiko
keamanan siber.
Baca juga: 5G Hadir di Indonesia, Bank dan Fintech Dinilai Perlu
Waspadai Serangan Siber
Hal ini diperkuat oleh data survei dari Ponemon Institute 2020: Cyber
Security Awareness Measurement Service yang menyebut lebih dari 50
persen responden dari C-level mengakui bahwa organisasinya sangat
rentan.
“Data ini juga ingin menunjukkan bahwa Human is the Weakest link. Dengan
kata lain faktor manusia atau individu menjadi titik terlemah dalam
upaya pengamanan siber,” ujarnya.
Andy menambahkan bahwa modus yang sering terjadi adalah menawarkan
gimmick berupa diskon, barang, layanan atau jasa lainnya yang membuat
calon korban tergiur dan kemudian tertipu. Bisa melalui WA, email atau
laman yang ternyata semuanya adalah penipuan (phising).
“Oleh karena itu peran organisasi dan seluruh pemangku kepentingan,
sangat penting dalam menjaga keamanan siber. Kuncinya terletak pada
komitmen untuk membudayakan keamanan informasi. Hal ini, bisa dibuat
seperti daftar “Do’s and Don’ts” yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan
oleh seluruh pihak yang terlibat,” kata Andy.
Dari webinar tersebut, selain sektor bisnis, terungkap pula bahwa dunia
pendidikan memang menjadi salah satu perhatian semua pihak. Selama masa
pandemi kegiatan belajar-mengajar harus dilakukan dari jarak jauh atau
dari rumah masing-masing.
Hal ini tentunya memaksa dunia pendidikan untuk memulai atau melanjutkan
kegiatannya menuju transformasi digital.
President Director Telkomtelstra Erik Meijer mengatakan bahwa dunia
pendidikan mengalami perubahan selama pandemi Covid-19 yang telah
berlangsung selama 1,5 tahun ini.
Baca juga: Aftech Sebut Transformasi UMKM ke Digital Perlu Diimbangi
Literasi Keamanan Siber
Menurutnya, proses transformasi digital tidak bisa dihindari. Kegiatan
belajar-mengajar yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka, kini harus
dijalankan secara virtual melalui platform seperti Microsoft Teams,
Zoom, GoogleClass, dan sebagainya.
“Oleh karena itu, keamanan siber pemakaian platform tersebut dan
implementasi pemakaian cloud yang aman dan mumpuni menjadi sebuah
kebutuhan yang tidak bisa dihindari,” ujarnya.
Menurut Erik keamanan siber ini menjadi tanggung jawab semua pihak, baik
pemerintah, provider, hingga pengguna.
Tujuannya agar proses belajar-mengajar bisa berlangsung dengan baik,
sesuai ekspektasi sehingga kualitas pendidikan tetap terjaga dan siswa
peserta didik memperoleh manfaat dari pembelajaran online ini.
Sementara itu, Rektor Universitas AMIKOM Yogyakarta yang juga Wakil
Ketua APTISI Prof M Suyanto juga menyampaikan pentingnya keamanan siber
bagi institusi pendidikan.
Apalagi institusi pendidikan yang dipimpinnya memiliki MSV Studio yang
menjalin kerjasama dengan beberapa perusahan di Silicone Valley dan
beberapa studio film Hollywood dalam memproduksi beberapa film animasi.
“Keamanan siber sangat penting bagi MSV Studio untuk melindungi
keseluruhan data dalam pembuatan film animasi, mulai dari proses pra
produksi, produksi, pasca produksi, branding dan distribusi,” ungkapnya.
“Keamanan siber juga sangat penting karena kami harus melindungi naskah
atau cerita sebagai inti dari sebuah film dan juga karakter-karakter
dari film tersebut, yang kesemuanya disimpan dalam format data digital,”
sambungnya.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Bisa Bobol Data Perusahaan, Waspada Jenis dan Modus Serangan Siber Ini", Klik untuk baca:
https://money.kompas.com/read/2021/08/30/141325826/bisa-bobol-data-perusahaan-waspada-jenis-dan-modus-serangan-siber-ini?page=all.
Penulis : Muhammad Choirul Anwar
Editor : Muhammad Choirul Anwar
Download aplikasi
Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android:
https://bit.ly/3g85pkAiOS:
https://apple.co/3hXWJ0LJAKARTA, KOMPAS.com –
Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sekitar 1,5 tahun ini telah
mengubah perilaku kehidupan semua orang, termasuk dalam pemanfaatan
teknologi.
Pemanfaatan teknologi yang masif ini harus dibarengi dengan keamanan
siber (cybersecurity) yang mumpuni sekaligus menjadi kunci fundamental
agar bisnis dapat berjalan secara efektif dan efisien.
SM Solutions, IT and Business Analyst Telkomtelstra Anang Siswanto
menyampaikan perlunya sikap kehati-hatian dan selalu waspada bagi setiap
organisasi, termasuk perusahaan dan institusi pendidikan yang melakukan
transformasi digital.
Baca juga: Waspada, Kondisi Ini Jadi Celah Pelaku Kejahatan Lakukan
Penipuan Online
Faktanya, serangan keamanan siber terhadap perusahaan yang melakukan
transformasi digital ternyata terus berkembang.
Berdasarkan data dari Checkpoint Cyber Security Report 2021 dan Cisco
2021 Cyber Security threat trends menunjukkan bahwa perusahaan harus
mengeluarkan biaya 20 miliar dollar AS karena serangan ini.
Menurut Anang, ada dua jenis serangan siber yang sering terjadi yakni
Phising Attack dan Trojan Attack.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Kedua serangan ini menyebabkan informasi berharga organisasi bisa
terekspos secara ‘telanjang’ sehingga bisa diakses oleh siapa pun secara
bebas atau data hilang/rusak atau tidak bisa digunakan lagi oleh
organisasi. Hal ini dapat mengakibatkan organisasi merugi atau bahkan
bangkrut.
Oleh karena itu, untuk menghadapi atau menangkal serangan tersebut,
semua keamanan siber ini harus dimulai dari diri sendiri atau tim TI
internal perusahaan. Informasi dan pengetahuan yang tidak memadai
mengenai transformasi teknologi ini menjadi celah masuknya serangan
tersebut.
Baca juga: Cara Mencegah Kejahatan Siber untuk Nasabah Bank Neo Commerce
“Prinsip hati-hati dan waspada harus menjadi doktrin masing-masing
individu di era digital saat ini,” ujarnya dikutip dari keterangan
resmi, Senin (30/8/2021).
Sebagai langkah antisipasi, salah satunya bisa dengan memaksimalkan
fitur-fitur pengaman seperti menggunakan Multi-Factor Authentication
(MFA), selalu melakukan back up data serta melakukan enkripsi semua data
penting dan jalur komunikasi.
“Saya merekomendasikan menggunakan pihak ketiga untuk masalah keamanan
perusahaan ini. Tentu saja, providernya harus memiliki sertifikat ISO
27001, memiliki pengalaman mumpuni terkait data security serta bisa
dipercaya,” tandasnya.
Penjelasan Anang Siswanto tersebut sempat disampaikan pada webinar
bertajuk “Cyber Security: A Fundamental Key For Digital Transformation
In The Education Sector” yang diselenggarakan Telkomtelstra bekerjasama
dengan Asosisasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) dan The
Indonesia Australia Business Council (IABC) akhir pekan lalu.
Pada kesempatan yang sama, Principal Expert Security Strategy Telkom
Indonesia Andy Siregar menyoroti efek samping dari transformasi digital
yang dapat menyebabkan organisasi menjadi semakin rentan terhadap risiko
keamanan siber.
Baca juga: 5G Hadir di Indonesia, Bank dan Fintech Dinilai Perlu
Waspadai Serangan Siber
Hal ini diperkuat oleh data survei dari Ponemon Institute 2020: Cyber
Security Awareness Measurement Service yang menyebut lebih dari 50
persen responden dari C-level mengakui bahwa organisasinya sangat
rentan.
“Data ini juga ingin menunjukkan bahwa Human is the Weakest link. Dengan
kata lain faktor manusia atau individu menjadi titik terlemah dalam
upaya pengamanan siber,” ujarnya.
Andy menambahkan bahwa modus yang sering terjadi adalah menawarkan
gimmick berupa diskon, barang, layanan atau jasa lainnya yang membuat
calon korban tergiur dan kemudian tertipu. Bisa melalui WA, email atau
laman yang ternyata semuanya adalah penipuan (phising).
“Oleh karena itu peran organisasi dan seluruh pemangku kepentingan,
sangat penting dalam menjaga keamanan siber. Kuncinya terletak pada
komitmen untuk membudayakan keamanan informasi. Hal ini, bisa dibuat
seperti daftar “Do’s and Don’ts” yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan
oleh seluruh pihak yang terlibat,” kata Andy.
Dari webinar tersebut, selain sektor bisnis, terungkap pula bahwa dunia
pendidikan memang menjadi salah satu perhatian semua pihak. Selama masa
pandemi kegiatan belajar-mengajar harus dilakukan dari jarak jauh atau
dari rumah masing-masing.
Hal ini tentunya memaksa dunia pendidikan untuk memulai atau melanjutkan
kegiatannya menuju transformasi digital.
President Director Telkomtelstra Erik Meijer mengatakan bahwa dunia
pendidikan mengalami perubahan selama pandemi Covid-19 yang telah
berlangsung selama 1,5 tahun ini.
Baca juga: Aftech Sebut Transformasi UMKM ke Digital Perlu Diimbangi
Literasi Keamanan Siber
Menurutnya, proses transformasi digital tidak bisa dihindari. Kegiatan
belajar-mengajar yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka, kini harus
dijalankan secara virtual melalui platform seperti Microsoft Teams,
Zoom, GoogleClass, dan sebagainya.
“Oleh karena itu, keamanan siber pemakaian platform tersebut dan
implementasi pemakaian cloud yang aman dan mumpuni menjadi sebuah
kebutuhan yang tidak bisa dihindari,” ujarnya.
Menurut Erik keamanan siber ini menjadi tanggung jawab semua pihak, baik
pemerintah, provider, hingga pengguna.
Tujuannya agar proses belajar-mengajar bisa berlangsung dengan baik,
sesuai ekspektasi sehingga kualitas pendidikan tetap terjaga dan siswa
peserta didik memperoleh manfaat dari pembelajaran online ini.
Sementara itu, Rektor Universitas AMIKOM Yogyakarta yang juga Wakil
Ketua APTISI Prof M Suyanto juga menyampaikan pentingnya keamanan siber
bagi institusi pendidikan.
Apalagi institusi pendidikan yang dipimpinnya memiliki MSV Studio yang
menjalin kerjasama dengan beberapa perusahan di Silicone Valley dan
beberapa studio film Hollywood dalam memproduksi beberapa film animasi.
“Keamanan siber sangat penting bagi MSV Studio untuk melindungi
keseluruhan data dalam pembuatan film animasi, mulai dari proses pra
produksi, produksi, pasca produksi, branding dan distribusi,” ungkapnya.
“Keamanan siber juga sangat penting karena kami harus melindungi naskah
atau cerita sebagai inti dari sebuah film dan juga karakter-karakter
dari film tersebut, yang kesemuanya disimpan dalam format data digital,”
sambungnya.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Bisa Bobol Data Perusahaan, Waspada Jenis dan Modus Serangan Siber Ini", Klik untuk baca:
https://money.kompas.com/read/2021/08/30/141325826/bisa-bobol-data-perusahaan-waspada-jenis-dan-modus-serangan-siber-ini?page=all.
Penulis : Muhammad Choirul Anwar
Editor : Muhammad Choirul Anwar
Download aplikasi
Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android:
https://bit.ly/3g85pkAiOS:
https://apple.co/3hXWJ0L
Posting Komentar